Sebuah Pengantar Memahami Realitas Sosial
oleh: Iskandar
STRUKTUR SOSIAL
Lebih
dahulu perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan struktur sosial. Kita ketahui,
bahwa orang-orang yang hidup dalam masyarakat saling berinteraksi. Interaksi
ini didasari dan terus diarahkan pada nilai-nilai kebersamaan, norma-norma
yaitu standar tingkah laku yang mengatur ineraksi antar individu yang
menunjukkan hak dan kewajiban tiap-tiap individu sebagai sarana penting agar
tujuan bersama tercapai, dan akhirnya oleh sanksi, baik sanksi yang negatif
dalam arti mendapat hukuman kalau melanggar norma maupun sangat positif yaitu
mendapat penghargaan karena telah mentaati norma yang ada. Dasar dan arah umum
interaksi inlah yang kita mengerti sebagai kultur.
Kecuali itu, interaksi antar
individu juga diantur sesuai dengan tujuan-tujuan khusus interaksi itu.
Interaksi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keakraban diatur
dalam institusi keluarga.
Interaksi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup diatur dalam institusi ekonomi. Interaksi orang
dalam hubungannya dengan Illahi diatur dalam institusi agama. Sedangkan agar keseluruhan interaksi dalam
masyarakat umumnya bisa bisa terjamin dan pasti diadakan institusi politik. Institusi-institusi ini saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Bagaimana kadar saling hubungan dan saling mempengaruhi,
serta mana institusi yang paling berpengaruh harus dilihat langsung dalam
masyarakat yang ada. Karl Marx
umpamanya berpendapat, bahwa institusi ekonomislah yang merupakan landasan di
mana institusi-institusi lain berdiri. Dengan kata lain semua institusi lainnya
dipengaruhi dan ditentukan oleh institusi ekonomi. Tidak ada pengaruh timbal
balik.
Perlu diingat, bahwa dalam setiap
institusi juga ada nilai-nilai, norma-norma dan sanksi-sanksi, karena tujuan
institusi memang untuk mengatur interaksi. Keseluruhan institusi memang untuk
mengatur interaksi. Keseluruhan institusi serta saling berhubungan satu sama
lain, itulah yang disebut stuktur sosial. Kata stuktur menunjukkan saling adanya
hubungan antara bagian keseluruhan. Maka dapat dikatakan stuktur sosial adalah
interaksi manusia yang sudah berpola dalam institusi ekonomi, politik, agama,
keluarga, budaya. Dengan kata lain struktur sosial adalah pengorganisasian masyarakat
yang ada atau keseluruhan aturan permainan dalam berinteraksi.
KEADILAN PERSONAL, KEADILAN SOSIAL
Selanjutnya perlu juga dimengerti
perpindahan antara keadilan personal dan keadilan sosial. Dalam keadilan
personal sering mudah diketahui siapa yang bertanggungjawab. Si pembeli A
membeli barang dengan kualitas tertentu, ternyata dia mendapat barang dengan
kualitas rendah. Penjual barang tersebut jelas langsung bisa dimintai
pertanggungjawabannya. Jelaslah mengenai
keadilan personal, pelaksanaannya tergantung pada kehendak individu yang
bersangkutan. Keadilan personal manuntut agar kita memperlakukan setiap orang
yang kita hadapi dengan adil. Sebaliknya mengenai ketidak adilan sosial
tanggung jawab atas perbuatan dan efek perbuatan menjadi tanggung jawab semua
orang. Tidak bisa kita menunjuk satu orang untuk beranggung jawab sebagaimana
pada ketidak adilan personal. Pelaksanaan keadilan sosial tergantung pada
struktur masyarakat. Karena
tergantungnya pad stuktir masyarakat maka tanggung jawab ketidak adilan sosial
menjadi tanggung jawab semua pihak.Hal ini diperjelas dengan seringnya individu
dalam masyarakat yang tidak bisa bersikap adil meski dia sudah insaf namun
karena struktur sosiallah yang menbuat dia tidak bisa bersikap adil. Umpamanya
seorang pengusaha tekstil tidak dapat menaikkan upah buruh-buruhnya karena
perdagangan tekstil sedemikian rupa sehingga kalau dia menaikkan upah
buruh-buruhnya perusahaan akan gulung tikar. Dengan kata lain institusi ekonomi
yang ada menyebabkan upah buruh tetap rendah. Kalau pelaksanaan keadilan sosial
tergantung pada struktur sosial yang ada, maka perjuangan demi keadilan sosial
berarti perjuangan membangun struktur sosial yang semakin adil.
TUJUAN ANALISA SOSIAL
Analisa sosial adalah suatu usaha
untuk mempelajari struktur sosial yang ada, mendalami institusi ekonomi,
politik, agama, budaya dan keluarga sehingga kita tahu sejauh mana dan
bagaimana institusi-institusi itu menyebabkan ketidak adilan sosial. Dengan
mempelajari institusi-institusi itu, kita akan mampu melihat satu masalah sosial yang ada dalam
konteknya yang lebih luas. Dan kalau kita berhasil melihat suatau masalah
sosial yang henadak kita pecahkan dalam kontek yang lebih luas, maka kita pun
juga dapat menentukan aksi yang lebih tepat yang diharapkan dapat menyembhkan
sebab terdalam masalah tersebut. Demikian menjadi jelas, analisis sosial adalah
suatu usaha nyata yang merupakan bagian penting usaha menegakkan keadilan
sosial.
MODEL = KERANGKA BERPIKIR
Dalam menganalisis masyarakat, sadar
atau tidak sadar orang biasanya mempunyai kerangka berpikir atau memandang.
Kerangka berpikir atau memandang inilah yang disebut model. Demikian suatu model adalah asumsi atau gambaran umum
mengenai masyarakat. Model ini mempengaruhi begaimana seseorang memilih objek
studi dan cara mendekati objek studi tersebut. Sedang teori yang turunkan dari
model berifat lebih terbatas dan persis. Suatu model hanya bisa dinilai
lengkap, produktif atau berguna, sedang teori bisa salah atau benar.
MODEL KONSENSUS
Menurut model konsensus, stuktur
sosial yang ada merupakan hasil konsensus bersama aanggot masyarakat,
perjanjian dan pengakuan bersama akan nilai-nilai. Menurut model ini, setiap
masyarakat pada hakikatnya teratur dan stabil. Keteraturan dan kestabilan ini
disebabkan karena adanya kultur bersama yang dianut dan dihayati oleh
anggota-anggota masyarakat. Kultur bersama ini meliputi nilai-nilai, norma dan
tujuan yang hendak dicapai. Meskipun
pada individu-individu ada kemungkinan-kemungkinan perbedaan dalam persepsi dan
pengjhayatan kultur bersama itu, toh pada umumnya nilai-nilai sosial yang
berdasar serta norma-norma ayang ada. Justru karena adanya konsensus bersama
inilah, maka tata sosial dalam suatu masyarakat.
Model ini menilai masalah sosial
sebagai penyimpangan dari nilai-nialai dan norma-norma bersama, karenanya juga
masalah sosial dianggap membahayakan stabilitas sosial. Penyelesaian masalah
sosial selalu diusahakan dalam kerangka tata sosial yang sudah ada. Dengan kata
lain tata sosial tidak pernah dipersoalkan , bahkan kelangsungan stuktur sosial
yang sudah ada dijunjung tinggi. Model Konsensus melatar belakangi dua ideologi
yaitu konservatif dan liberal.
a. Ideologi konservatif
Ideologi konservatif berakar pada kapitalisme dan liberalisme abad ke-19. Pasaran bebas dianggap oleh ideologi iini sebagai fundamen bagi kebebasan ekonomi dan politik. Pasar bebas dianggap akan menjamin adanya desentralisasi kekuatan politik. Kaum konservatif menjunjung tinggi sruktur sosial. Demi tegaknya struktur sosial tersebut menurut kaum konservatif otoritas dinilai sangat hakiki. Termasuk struktur sosial adalah stratifikasi sosial atau tingkat sosial. Adanya perbedaan tingkat sosial ini dikarenkan perbedaan tingkat individu dengan bakat-bakat yang berbeda. Setiap orang harus berkembang sesuai dengan bakat yang berbeda. Setuap orang harus berkembang sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Karenanya sudah sewajarnya kalau ada perbedaan dalam tingkat prestasi yang menuntut masyrakat untuk memberi imbalan dan balas jasa yang berbeda-beda, merupakan dasar adanya hak milik pribadi. Dengankata lain hak milik pribadi dianggap sebagai balas jasa atas jerih payah usaha tiap-tiap anggota masyarakat.
Kemiskinan Menurut Ideologi Konservatif
Pada umumya kaum konservatif melihat masalah kemiskinan sebagai kesalahan pada orang miskin sendiri.Orang miskin dinilai umumnya bodoh,malas, tidak punya motivasi beerprestasi tinggi, tidak punya ketrampilan dan sebagainya yang merka bialang sebagai mental dan kultur penyebab kemiskinan. Menilai positif terhadap stuktur sosial yang ada. Dan menggap kemiskinan sebagai penyimpangan ketentuan yang ada dalam konsensus. Kaum konservatif tidak menggap kemiskinan bukan sebagai masalah serius dan kemiskinan akan bisa diselesaikan dengan sendirinya, maka tidak perlu adanya campur tangan pemerintah.
Ideologi konservatif berakar pada kapitalisme dan liberalisme abad ke-19. Pasaran bebas dianggap oleh ideologi iini sebagai fundamen bagi kebebasan ekonomi dan politik. Pasar bebas dianggap akan menjamin adanya desentralisasi kekuatan politik. Kaum konservatif menjunjung tinggi sruktur sosial. Demi tegaknya struktur sosial tersebut menurut kaum konservatif otoritas dinilai sangat hakiki. Termasuk struktur sosial adalah stratifikasi sosial atau tingkat sosial. Adanya perbedaan tingkat sosial ini dikarenkan perbedaan tingkat individu dengan bakat-bakat yang berbeda. Setiap orang harus berkembang sesuai dengan bakat yang berbeda. Setuap orang harus berkembang sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Karenanya sudah sewajarnya kalau ada perbedaan dalam tingkat prestasi yang menuntut masyrakat untuk memberi imbalan dan balas jasa yang berbeda-beda, merupakan dasar adanya hak milik pribadi. Dengankata lain hak milik pribadi dianggap sebagai balas jasa atas jerih payah usaha tiap-tiap anggota masyarakat.
Kemiskinan Menurut Ideologi Konservatif
Pada umumya kaum konservatif melihat masalah kemiskinan sebagai kesalahan pada orang miskin sendiri.Orang miskin dinilai umumnya bodoh,malas, tidak punya motivasi beerprestasi tinggi, tidak punya ketrampilan dan sebagainya yang merka bialang sebagai mental dan kultur penyebab kemiskinan. Menilai positif terhadap stuktur sosial yang ada. Dan menggap kemiskinan sebagai penyimpangan ketentuan yang ada dalam konsensus. Kaum konservatif tidak menggap kemiskinan bukan sebagai masalah serius dan kemiskinan akan bisa diselesaikan dengan sendirinya, maka tidak perlu adanya campur tangan pemerintah.
b. Ideologi Liberal
Liberasi memandang manusia
pertama-tama sebagai yang digerakan oleh
motivasi kepentingan ekonomi pribadi, dan libaeralisme mempertahankan hak manusia untuk semaksimal
mungkin cita-cita pribadinay. Liberasi percaya akan efektifitas pasar bebas dan
hak atas milik pribadi. Hak-hak, kebebasan individu sangat ditekankan dan
diperjuangkan demi untuk melindungi individu-individu terhadap kesewenangan
negara.
Kemiskinan Menurut Ideologi Liberal
Berbeda dengan kaum konservatif,
kaum liberal memandang kemiskinan sebagai masalah yang serius, karenanya harus
dipecahkan. Kemiskinan dapat diselesaikan bila tersedianya kesempatan yang
seluas-luasnya tanpa diskriminasi. Kaum liberal percaya bahwa orang miskin
dapat mengatasi kemiskinannya asal
mereka mendapat kesempatan berusaha yang memadahi, maka diusulkan untuk
diperbaikinya pelayanan-pelayanan bagi kaum miskin, membuka kesempatan
kerja baru, membangun perumahan dan penyebarluasan pendidikan.
Kesimpulan
Baik
konservatif maupun liberal mempertahankan struktur sosial yang telah ada, dan
stuktur sosial ini ditandai dengan perbedaan tingkat sosial, sistem ekonomi
kapitalis dan demokratis politik. Perbedaan dalam memandang kemiskinan, kalau
kaum konservatif kemiskinan adalah kesalahan orang miskin itu sendiri dan kaum
konservatif cenderung membiarkan sedang kaum liberal mengusahakan agar orang miskin
mendapatkan kesempatan yang sama dan mampu menyesuaikan dalan struktur.
MODEL KONFLIK
Berbeda
dengan model konsensus, model konflik ini memandang stuktur sosial yang ada
sebagai hasil pemaksaan sekelompok kecil anggota masyarakat terhadap mayoritas
warga masyarakat. Jadi struktur sosial bukan merupakan hasil konsensus seluruh
warga apalagi persetujuan bersama mengenai nilai-nilai dan norma-norma. Stuktur
sosial adalah dominasi sekelompok kecil dan kepatuhan serta ketundukan
sebagaian besar warga masyarakat atas dominasi kelompok kecil tersebut. hukum
dan undang-undang dalam masyarakat adalah ciptaan kelompok kecil, elit, dan
kelompok yang memerintah untuk mempertahankan kepentingan mereka. Hukum dan
undang-undang terutama ditujukan untuk melindungi milik-milik pribadi dan
kepentingan.
Model ini memandang
positif perubahan-perubahan yang memandang konflik sebagai sumber-sumber
potensial bagi perubahan sosial yang progresif. Penganut model ini selalu
mempertanyakan struktur sosial yang sudah ada. Mereka tidak mempersoalkan
bagaimana orang miskin bisa hidup dan berprestasi dalam stuktur sosial yang
sudah ada sebagaimana ditekankan kaum liberal, tetapi mereka mempersoalkan
struktur sosial itu sendiri dan menganggapnya sebagai penyebab kemiskinan. Maka
persoalan kultur dan mentalitas orang miskin tidak menarik perhatian penganut
model konflik ini, sebab persoalan kultur orang miskin dianggapnya tidak
mempersoalkan secara mendasar struktur dan kekuasaan politik yang sudah ada.
Bahkan mereka menilai kultur dan mentalitas orang miskin yang digambarkan oleh
kaum konservatuf itu disebabkan oleh struktur sosial itu sendiri yang tetap
bertahan berpuluh atau ratusan tahun.
Kaum penganut model
menggap struktur sebagai penyebab kemiskinan, untuk membuat analisis keadaan
sosial pertanyaan yang mereka adalah:
-
Kelompok mana yangmendapat untung
dari sistem masyarakat yang ada dan kelompok mana yang dirugikan ?
-
Siapa yang menang dan siapa yang
kalah dalam kompetisi dalam grup dan diantara grup yang ada ?
-
Faktor-faktor mana yang menentukan
siapa pemenang dan siapa yang kalah ?
Penganut model ini, melihat masyarakat yang ada sebagai
masyarakat massal, yang terdiri dari kelompok elit yang berada di atas massa rakyat banyak yang
ada di lapisan bawah yang sama sekali tidak tidak terorganisir sehingga tidak
memiliki kekuasaan yang efektif. Rakyat sebagai konsumen media dengan
komunikasi dari satu arah tanpa mampu
menanggapi dan rekasi berarti. Merka tidak
menguasai mass media sehingga protes-protes yang mereka sampaikan tidak pernah
mampu menyuarakan pendapat mereka. Dalam kepentingan ekonomi orang miskin
didesain untuk dilanggengkan kemiskinannya oleh penguasa dan elit, sebab dengan
kemiskinan masih ada kerja-kerja kotor yang bisa dikerjakan oleh orang miskin
dengan biaya murah—tenaga.
Orang miskin juga dijadikan komoditi politik –kestabilan
politik--oleh elit, karena orang miskin kebanyakan tidak tertarik pada bidang
politik dan peluang ini digunakan sebagai pendukung suara dalam pemilu.
Orang-orang miskin dibutuhkan sebagai identifikasi
pelanggaran-pelanggaran norma dan nilai, kriminal-kriminal yang ditangkap
kebanyakan memang dari orang miskin namun sementara kriminal kerah putih (white collar crime) jauh dari
penyelidikan apalagi pengadilan.
Jalan Keluar
Hal yng mengarah pada perubahan sosial sebagaimana digariskan
menganut model konflik tadi, disini kita temukan garis moderat sampai pada
garis yang benar-benar radikal. Garis moderat menghendaki demokrasi
partisipatif baik dalam group-group sosial yang ada maupun dalam organisasi-organisasi
sebagai tujuan yang harus dicapai oleh setiap masyarakat. Mereka tidak
menganggap pentingnya kepemimpinan, sebaliknya mereka yakin bahwa semua orang
ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan-keputusan yang mempengharuhi
hidup mereka. Mereka menentang segala bentuk birokrasi, pengaturan dari luar.
Mereka menginginkan kontrol mahasiswa atas sekolahnya, rakyat atas polisi,
buruh atas pabrik mereka. Sedang penganut garis radikal menganjurkan aksi-aksi
menentang sistem sosial yang ada umpamanya ketidaktaatan rakyat akan segala
aturan yang ada (civil diobedience),
sebab mereka ini yakin bahwa tidak mungkin mengadakan perubahan-perubahan lewat
saluran-saluran resmi/legal yang ada atau lewat pemilihan-pemilihan umum,
saluran-saluran semacam ini mereka anggap tidak efektif.
EPILOG
Studi ini sebenarnya masih begitu terbatas, analisa sosial
akan lebih dipahami ketika kita semua mau untuk mengamati segala sesuatu
disekitar kita, kehidupan sosial hidup kita sehari-hari. Kemudian adakan sebuah
analisis tentang ketidakadilan sosial yang ada didalamnya dan kita akan bisa
menyusun action plan untuk menindaklanjuti sebagai aksi nyata untuk
menyelamatkan eksploitasi, pembodohan dan penindasan rakyat kecil atau mungkin
diri kita sendiri di lingkungan kita sendiri, mungkin juga di kampus dan
organisasi ini ???
“MERDEKAKAN DIRI ANDA DARI KETIDAKTAHUAN,
KETIDAKMAMPUAN, DAN KETIDAKPEDULIAN TERHADAP KONDISI SOSIAL YANG TIMPANG DI
DEPANMATA ANDA, KARNA ANDA TAK LEBIH DARI SEORANG PENINDAS KETIKA ANDA DIAM
YANG SAMA ARTINYA IKUT MENIKMATI KETIDAKBERDAYAAN MEREKA YANG PAPA”
Sumber : PC PMII Kota Malang
No comments:
Post a Comment